Selamat datang di PartaZone. Berikut saya akan membagikan tips dari Sejarah Pokemon Go. Semoga bermanfaat untuk Anda. Jika ada hal yang ingin ditanyakan, silahkan berkomentar. Dan jika Anda menyukai artikel ini, silahkan klik tombol share di bawah. Terima kasih..! ;)
Anda mungkin jarang mendengar nama John Hanke dan Satoshi Tajiri. Namun, kedua nama itu adalah sosok berharga di balik game sensasional Pokemon Go.
Pokemon Go merupakan game hasil kerja sama Nintendo dan pengembang Niantic Lab dengan perusahaan Pokemon. Niantic Lab sendiri merupakan perusahaan yang berada di balik game berkonsep augmented reality, Ingress, dari Google.
Saat ini Pokemon Go menduduki puncak chart download aplikasi di Amerika Serikat, Australia, dan Selandia Baru. Bahkan, game Pokemon Go telah terinstal pada sekitar 5 persen dari semua smartphone Android di Amerika Serikat.
Mari kita bahas Satoshi Tajiri terlebih dahulu. Pokemon yang memiliki singkatan Pocket Monsters hadir pertama kali di konsol portabel Game Boy.
Pada 1990, Satoshi Tanjiri mendesain sebuah konsep permainan bernama Capsule Monsters untuk Nintendo. Menurut buku Pikachu’s Global Adventure, konsep game Capsule Monsters memiliki latar belakang masa kecil Tajiri yang hobi mengoleksi serangga.
Nama Capsule Monsters sendiri terinspirasi dari mesin mainan Jepang, Gashapon, yang identik dengan bentuk kapsul berisi mainan di dalamnya. Sayangnya, Tajiri menemui kesulitan untuk menggunakan nama Gashapon karena permasalahan hak cipta.
Karena itu, ia mengganti namanya menjadi CapuMon. Kemudian, CapuMon menjadi Pocket Monsters.
Nintendo berkali-kali menolak game Pocket Monster besutan Satoshi Tajiri karena Nintendo belum bisa mengerti mengenai konsep dan potensi dari game tersebut. Tidak menyerah, Tajiri berhasil mencuri perhatian Shigeru Miyamoto, penemu Donkey Kong dan Super Mario.
Setelah itu, barulah Nintendo melunak dan mengembangkan game Pokemon selama lima tahun atau dari 1990 – 1995. Akhirnya, game Pokemon pertama dirilis ke pasar pada awal 1996 bernama Pokemon Red dan Green. Ternyata, game itu terbukti sukses dan membuat pihak pengembang segera merilis versi terbarunya, Pokemon Blue.
Setelah itu, Pokemon mulai melebarkan sayapnya ke film dalam episode anime. Pokemon juga hadir dalam bentuk permainan lain seperti card game, puzzle, hingga casual game. Pokemon terus menjadikan franchise populer hingga sekarang.
Setelah Satoshi Tajiri, kita membahas John Hanke. John Hanke
John Hanke adalah CEO dan pendiri Niantic sejak 2015. Ia pernah menjadi salah satu karyawan Google yang berjasa mengembangkan aplikasi Google Earth dan Maps yang sangat kental dengan unsur pemetaan.
“Salah satu kunci pengembangan game Pokemon Go adalah pemetaan,” kata Hanke kepada Mashable.
Sekitar lima tahun lalu, Niantic membuat game Ingress yang berbasis augmented reality. Melalui game itu, Niantic meminta para penggemar untuk mengajukan berbagai tempat dan bangunan di seluruh dunia yang bisa dijadikan “portal” atau daerah kekuasaan dalam dunia Ingress.
Ternyata, portal-portal paling populer yang dikirimkan oleh para pemain Ingress adalah basis data dari lokasi-lokasi Pokestop dan Gym dalam game Pokemon Go. Niantic menerima 15 juta usulan portal pada Ingress dan hanya menyetujui 5 juta lokasi di seluruh dunia sebagai
tempat Pokestop dan Gym.
“Tempat-tempat yang dipilih merupakan lokasi yang sering didatangi masyarakat. Biasanya, tempat-tempat tersebut berupa museum, situs sejarah, atau tempat dengan desain arsitektur unik,” ujar Hanke.
Dalam menentukan habitat Pokemon, Niantic memilih tempat berdasarkan karakteristik suatu daerah seperti sungai, kolam, kebun binatang, atau taman. Karakter Pokemon seperti Magikarp dan Squirtles akan muncul di suatu area yang terdapat sumber air di dekatnya.
Ke depannya, Niantic berencana memperkenalkan fitur baru di Pokemon Go, seperti mengembangkan Pokestop dan Gym sesuai selera pemilik atau penguasanya serta fitur trading atau bertukar karakter antarpengguna.
“Kami berpikir fitur baru itu akan mendorong lebih banyak kerja sama, persaingan, maupun interaksi sosial di antara para pemain, khususnya mereka yang berada di dalam tim yang sama,” pungkas Hanke.
sumber
Pokemon Go merupakan game hasil kerja sama Nintendo dan pengembang Niantic Lab dengan perusahaan Pokemon. Niantic Lab sendiri merupakan perusahaan yang berada di balik game berkonsep augmented reality, Ingress, dari Google.
Saat ini Pokemon Go menduduki puncak chart download aplikasi di Amerika Serikat, Australia, dan Selandia Baru. Bahkan, game Pokemon Go telah terinstal pada sekitar 5 persen dari semua smartphone Android di Amerika Serikat.
Mari kita bahas Satoshi Tajiri terlebih dahulu. Pokemon yang memiliki singkatan Pocket Monsters hadir pertama kali di konsol portabel Game Boy.
Satoshi Tajiri |
Pada 1990, Satoshi Tanjiri mendesain sebuah konsep permainan bernama Capsule Monsters untuk Nintendo. Menurut buku Pikachu’s Global Adventure, konsep game Capsule Monsters memiliki latar belakang masa kecil Tajiri yang hobi mengoleksi serangga.
Nama Capsule Monsters sendiri terinspirasi dari mesin mainan Jepang, Gashapon, yang identik dengan bentuk kapsul berisi mainan di dalamnya. Sayangnya, Tajiri menemui kesulitan untuk menggunakan nama Gashapon karena permasalahan hak cipta.
Karena itu, ia mengganti namanya menjadi CapuMon. Kemudian, CapuMon menjadi Pocket Monsters.
Nintendo berkali-kali menolak game Pocket Monster besutan Satoshi Tajiri karena Nintendo belum bisa mengerti mengenai konsep dan potensi dari game tersebut. Tidak menyerah, Tajiri berhasil mencuri perhatian Shigeru Miyamoto, penemu Donkey Kong dan Super Mario.
Setelah itu, barulah Nintendo melunak dan mengembangkan game Pokemon selama lima tahun atau dari 1990 – 1995. Akhirnya, game Pokemon pertama dirilis ke pasar pada awal 1996 bernama Pokemon Red dan Green. Ternyata, game itu terbukti sukses dan membuat pihak pengembang segera merilis versi terbarunya, Pokemon Blue.
Setelah itu, Pokemon mulai melebarkan sayapnya ke film dalam episode anime. Pokemon juga hadir dalam bentuk permainan lain seperti card game, puzzle, hingga casual game. Pokemon terus menjadikan franchise populer hingga sekarang.
Setelah Satoshi Tajiri, kita membahas John Hanke. John Hanke
John Hanke |
“Salah satu kunci pengembangan game Pokemon Go adalah pemetaan,” kata Hanke kepada Mashable.
Sekitar lima tahun lalu, Niantic membuat game Ingress yang berbasis augmented reality. Melalui game itu, Niantic meminta para penggemar untuk mengajukan berbagai tempat dan bangunan di seluruh dunia yang bisa dijadikan “portal” atau daerah kekuasaan dalam dunia Ingress.
Ternyata, portal-portal paling populer yang dikirimkan oleh para pemain Ingress adalah basis data dari lokasi-lokasi Pokestop dan Gym dalam game Pokemon Go. Niantic menerima 15 juta usulan portal pada Ingress dan hanya menyetujui 5 juta lokasi di seluruh dunia sebagai
tempat Pokestop dan Gym.
“Tempat-tempat yang dipilih merupakan lokasi yang sering didatangi masyarakat. Biasanya, tempat-tempat tersebut berupa museum, situs sejarah, atau tempat dengan desain arsitektur unik,” ujar Hanke.
Dalam menentukan habitat Pokemon, Niantic memilih tempat berdasarkan karakteristik suatu daerah seperti sungai, kolam, kebun binatang, atau taman. Karakter Pokemon seperti Magikarp dan Squirtles akan muncul di suatu area yang terdapat sumber air di dekatnya.
Ke depannya, Niantic berencana memperkenalkan fitur baru di Pokemon Go, seperti mengembangkan Pokestop dan Gym sesuai selera pemilik atau penguasanya serta fitur trading atau bertukar karakter antarpengguna.
“Kami berpikir fitur baru itu akan mendorong lebih banyak kerja sama, persaingan, maupun interaksi sosial di antara para pemain, khususnya mereka yang berada di dalam tim yang sama,” pungkas Hanke.
sumber
0 Response to "Sejarah Pokemon Go"
Posting Komentar